Tawuran Manggarai: Serial Drama Tanpa Akhir, Siap Masuk Netflix?

tawuran maggari

Bayangkan kamu baru pulang kerja, lelah, keringetan, dompet tipis, dan satu-satunya harapan adalah rebahan di kasur sambil nonton series favorit. Tapi, begitu sampai Manggarai, yang kamu temukan malah episode baru dari “Tawuran: The Series”. Bukan di Netflix, bukan juga di Disney+, tapi live action di depan mata, dengan bonus debu, suara petasan, dan teriakan yang bikin suara surround sound bioskop kalah saing.

Manggarai, kawasan yang seharusnya jadi tempat transit nyaman, malah sering berubah jadi arena gladiator. Kalau kamu pikir tawuran di sini cuma sekali dua kali, berarti kamu belum pernah baca berita. Warga sudah capek, bahkan level kesal mereka mungkin bisa bikin Hulk minder. Seperti yang diungkapkan salah satu warga, “Capek banget, bro, pulang kerja malah harus nonton aksi lempar-lemparan batu. Nggak ada yang nonton bola aja, sih?”.

Tawuran: Tradisi atau Warisan Budaya?

Ternyata, tawuran di Manggarai bukan barang baru. Polisi bahkan menyebut tradisi ini sudah eksis sejak tahun 1970-an. Bayangkan, sudah lebih tua dari sebagian besar pemain sinetron Indonesia. Kalau ada museum tawuran, Manggarai pasti dapat plakat “Lifetime Achievement”.

Uniknya, penyebab tawuran di sini kadang seabsurd plot sinetron. Pernah dipicu oleh petasan, bahkan ada juga yang gara-gara wanita. Kalau sudah begini, sinetron “Cinta Fitri” pun kalah dramatis. Siapa sangka, petasan yang biasanya buat meramaikan tahun baru, di Manggarai justru bisa jadi pemicu “tahun baru” versi tawuran.

Warga: Dari Korban Sampai Penonton Setia

Warga Manggarai, yang seharusnya jadi pemeran utama dalam kehidupan mereka sendiri, malah sering jadi korban figuran dalam drama tawuran. Banyak yang mengeluh akses pulang jadi terhambat. Bayangkan, sudah capek kerja, eh, harus muter-muter cari jalan pulang gara-gara “syuting” tawuran belum selesai.

Ada juga yang curhat, “Nyari duit aja udah susah, eh, pulang malah harus ngumpet dulu di warung kopi, nunggu tawuran bubar. Kalau begini terus, bisa-bisa warung kopi jadi shelter darurat!”.

Tawuran: Dari Medsos ke Dunia Nyata

Jangan salah, tawuran sekarang nggak cuma urusan geng jalanan. Modusnya sudah naik level, bro! Banyak tawuran dimulai dari tantangan di media sosial. Jadi, kalau kamu pikir perang komen di Instagram itu udah paling panas, tunggu sampai lihat mereka bawa “challenge” itu ke jalanan beneran.

“Eh, bro, lo berani enggak, besok sore kita tawuran di Manggarai?”
“Siap, gaskeun! Jangan lupa live ya, biar viral!”

Dunia nyata dan dunia maya akhirnya bersatu, bukan untuk kolaborasi positif, tapi buat saling lempar batu. Kalau sudah begini, Mark Zuckerberg pasti geleng-geleng kepala. “Gue bikin Facebook buat silaturahmi, bukan buat janjian tawuran, bro!”

Pemerintah: Satpol PP Siap Turun, Tapi

Melihat drama yang tak kunjung usai, pemerintah akhirnya turun tangan. Pramono, Gubernur DKI Jakarta, sudah meminta Satpol PP untuk tidak ragu menindak tegas pelaku tawuran. Bahkan, katanya, penanganan akan dilakukan secara tegas, bukan sekadar teguran ala-ala guru BP zaman sekolah.

Tapi, warga sudah skeptis. “Tegasnya kayak gimana? Jangan-jangan, besok masih ada episode baru,” ujar salah satu warga sambil ngopi di pinggir rel. Kalau Satpol PP benar-benar turun, jangan-jangan tawuran malah jadi tontonan baru, kayak parade karnaval, cuma minus balon dan badut.

Pop Culture: Tawuran Manggarai, Siap Go International?

Kalau Hollywood bisa bikin film “Fast & Furious” sampai 10 seri, Manggarai bisa bikin “Tawuran & Furious: Jalanan Manggarai” dengan plot twist yang nggak kalah seru. Setiap episode ada bintang tamu baru, dari anak STM sampai emak-emak yang sekalian belanja sayur.

Bahkan, saking konsistennya, tawuran Manggarai sudah layak masuk nominasi “Best Ongoing Drama” versi warga Jakarta. Siapa tahu, suatu hari nanti Netflix tertarik beli hak siarnya. Judulnya? “Surviving Manggarai: The Real Battle Royale”.

Sarkasme: Tawuran, Solusi Macet Jakarta?

Kalau dipikir-pikir, tawuran di Manggarai bisa jadi solusi macet Jakarta. Cukup tutup jalan, semua orang muter, macetnya pindah ke tempat lain. Kreatif, kan? Jakarta memang kota penuh inovasi. Kalau bosan dengan kemacetan, tinggal nonton tawuran, siapa tahu dapat inspirasi buat nulis skripsi atau konten TikTok.

Satir: Tawuran, Ajang Cari Eksistensi

Di era digital, semua orang berlomba-lomba cari eksistensi. Kalau dulu eksis itu cukup dengan ranking satu di kelas, sekarang harus viral. Tawuran pun jadi ajang unjuk gigi, siapa yang paling viral, siapa yang paling banyak views. Mirip influencer, cuma bedanya, endorse-nya bukan skincare, tapi batu dan petasan.

Solusi? Atau Tunggu Season Baru?

Sampai sekarang, solusi nyata masih jadi misteri. Pemerintah bilang akan tegas, warga masih berharap, pelaku tawuran tetap semangat latihan. Kalau begini terus, jangan-jangan tawuran Manggarai akan jadi warisan budaya tak benda, didaftarkan ke UNESCO, dan jadi destinasi wisata baru. “Mau lihat tawuran asli? Ke Manggarai aja!”

Tapi, satu hal yang pasti, warga Manggarai sudah lelah. Mereka cuma ingin pulang dengan tenang, tanpa harus jadi cameo di serial drama jalanan. Jadi, buat kamu yang masih hobi tawuran, ingatlah, hidup ini sudah cukup keras tanpa harus lempar-lemparan batu. Kalau mau viral, mending bikin konten masak atau review jajanan, siapa tahu dapat endorse beneran.

Sampai jumpa di episode berikutnya, semoga bukan di jalan pulang kamu!

Artikel ini ditulis oleh seseorang yang pernah nyasar di Manggarai dan hampir kehabisan bensin karena macet tawuran. Doakan saya bisa pulang sebelum kejadian lagi. 😂

Leave a Reply