Preman Berkedok Ormas, dari “Pahlawan Jalanan” ke “Musuh Investasi”: Cerita Kita yang Tak Pernah Usai

pexels-photo-31567756.jpeg
Photo by Florin on Pexels.com

Kalau kamu pernah nonton film The Godfather , pasti familiar dengan kalimat ikonik: “I’m gonna make him an offer he can’t refuse.” Nah, di Indonesia, ada banyak “Don Corleone” versi local, tapi bedanya, mereka bukan bos mafia Italia. Mereka adalah preman berkedok ormas , organisasi masyarakat yang seharusnya menjaga ketertiban, tapi malah jadi alat pemerasan dan penyebar teror.

Baru-baru ini, media sosial dan pemberitaan ramai dengan kisah premanisme yang tak hanya mengganggu ketertiban umum, tapi juga mulai mengancam iklim investasi nasional. Dalam 9 hari saja, Polri berhasil menindak 3.326 kasus premanisme (kumparan.com ). Angka yang bikin mata melotot, seperti adegan pembuka dalam film John Wick saat si jagoan membalas dendam.

Dan yang lebih seru lagi? Banyak dari kasus tersebut dilakukan oleh ormas, organisasi masyarakat yang konon ingin membela rakyat, tapi faktanya malah menjadi predator. Bahkan Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, sampai berkata pedas.

“Kalian bukan siapa-siapa, rakyat bisa jatuhkan Presiden apalagi kalian.” (fajar.co.id )

Preman Berbaju Ormas, Siapa Takut?

Bayangkan, kamu sedang asik-asik ngopi di warung langganan, tiba-tiba datang kelompok orang beratribut ormas, minta sumbangan “keamanan”, padahal dia sendiri yang bikin tidak aman. Ini bukan cerita dari Gotham City atau Chicago, tapi nyata terjadi di pelosok negeri ini.

Sayangnya, banyak dari mereka menggunakan simbol ormas yang sah secara hukum untuk melakukan tindakan ilegal. Mereka seperti Joker di film The Dark Knight yang berpura-pura jadi anggota dewan agar bisa lolos dari penjara.

Polri bahkan sudah mengirimkan sinyal keras lewat operasi besar-besaran yang digelar di seluruh Indonesia, termasuk Jakarta dengan penugasan hampir seribu personel gabungan (detik.com ).

Tapi, bagaimana cara kita membedakan mana ormas beneran dan mana preman berkedok ormas?

Satu jawaban sederhana: lihat perilaku mereka. Kalau yang mereka lakukan lebih mirip geng motor daripada aktivitas kemasyarakatan, waspadalah.

Presiden Resah, Investor Kabur

Dalam dunia bisnis, citra negara itu penting. Tapi kalau setiap pengusaha baru masuk pasar langsung disambut dengan permintaan uang “proteksi”, jangan heran kalau investor asing lebih memilih Vietnam atau Thailand.

Seperti yang dikatakan Wakil Ketua MPR, Eddy Soeparno, “Syarat utama investor mau menanamkan modalnya adalah keamanan dan kepastian hukum.” (suara.com )

Presiden Prabowo Subianto pun kabarnya mulai resah dan gelisah dengan situasi ini. Bayangkan, beliau yang biasanya tampil percaya diri bak Rambo di medan tempur, harus mikir keras karena ulah preman yang merusak ekonomi.

Menko Polkam Budi Gunawan akhirnya turun tangan, layaknya Tony Stark yang muncul pas keadaan genting. Beliau bahkan membentuk Satgas Premanisme Nasional untuk membersihkan gangguan ini dari akarnya. (kompas.com )

Sanksi Lebih Galak dari Game Over

Yang lebih menarik, Polri kini menyiapkan senjata pamungkas. Mencabut izin ormas yang terlibat tindak pidana . Ini seperti ban hammer di game online, cuma kali ini untuk organisasi yang nekat main hakim sendiri.

Kadiv Humas Polri Irjen Sandi Nugroho menyatakan bahwa Polri akan merekomendasikan pencabutan izin ormas yang terbukti bersalah. (idntimes.com )

Sementara itu, DPR juga tak tinggal diam. Legislator PKB mendukung rencana Kemendagri untuk mencabut status ormas pelaku premanisme. (sindonews.com )

Dan untuk menambah dramatisasi, ada yang usul agar ormas semacam ini dimasukkan dalam kategori teroris . Serius?.

Hukum Harus Tajam ke Atas dan Bawah

Salah satu tokoh yang getol menyerukan penegakan hukum tanpa pandang bulu adalah Bamsoet, mantan Ketua MPR. Ia bilang:

“Tegakkan hukum setegak-tegaknya. Jangan ragu menindak tegas oknum ormas yang mau malak, mau memeras, minta THR dan seterusnya.” (jpnn.com )

Ini seperti pesan dari Dumbledore di Harry Potter: “Itu bukan soal bisa atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau.”

Kapolda Metro Jaya juga memberikan warning keras kepada ormas yang berani mengganggu ketertiban publik. Katanya, negara tidak akan kalah dengan premanisme. (republika.co.id )

Epilog: Negara Bukan Tempat Buat Preman

Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari semua ini?

Pertama, premanisme bukan isu remeh. Ini adalah ancaman nyata bagi stabilitas nasional, pertumbuhan ekonomi, dan citra bangsa di mata internasional.

Kedua, ormas harus benar-benar dibersihkan dari penyakit laten premanisme. Kalau tidak, mereka sama saja dengan geng motor berlogo besar.

Ketiga, hukum harus ditegakkan secara adil, tanpa tebang pilih. Seperti kata pepatah: “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.” Tapi kalau bumi dipijak eh malah ditendang, ya junjung hukum setinggi langit.

Akhirnya, mari kita dukung langkah Polri, TNI, dan Satgas Premanisme. Semoga operasi ini bukan sekadar drama musiman seperti sinetron yang habis 100 episode lalu hilang begitu saja. Tapi sebuah transformasi nyata menuju Indonesia yang lebih aman, kondusif, dan bebas preman.

Karena pada akhirnya, seperti kata anggota DPR RI.

Negara tidak boleh kalah dengan preman.(mediaindonesia.com )

Dan kita sebagai warga, mari aktif melapor. Jangan takut. Sebab, preman itu ibarat monster di game RPG. Tampak ganas, tapi kalah kalau lawannya kompak dan punya strategi tepat.

Penulis adalah seorang pecandu kopi dan pengamat fenomena sosial yang percaya bahwa keadilan itu seperti cheat code hidup, sulit didapat tapi efeknya luar biasa.

Leave a Reply