QRIS vs Uncle Sam: Ketika AS Ngambek Gara-gara Dompet Digital Indonesia

Perang QRIS versus Donald Trump
Ilustrasi perang QRIS versus Donald Trump

Prolog: Trump, Tarif, dan Drama QRIS yang Bikin AS Meradang

Bayangkan ini: Donald Trump duduk di meja negosiasi, wajahnya merah padam seperti habis makan sambal rawit, sambil nge-tweet: “QRIS? GPN? Indonesia unfair! SAD!” (Ya, kita tahu dia suka pakai caps lock). Ini bukan adegan The Apprentice, tapi beneran terjadi di dunia nyata. AS baru aja ngomel-ngomel soal kebijakan pembayaran digital Indonesia, QRIS dan GPN, yang katanya “menghambat perdagangan”.

“Lho, emang salah kita punya sistem pembayaran sendiri?”

Bab 1: QRIS & GPN : Pahlawan (atau Penjahat?) Ekonomi Digital Indonesia

QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) itu kayaa… e-wallet versi nasional. Bayangin kaya GoPay atau OVO, tapi dikasih baju batik sama BI. GPN (Gerbang Pembayaran Nasional) juga gitu, dia kayak toll gate buat transaksi kartu debit lokal.

Tapi AS ngeliat ini sebagai “proteksionisme jahat” (drama banget, ya?). Mereka protes karena:

  1. Perusahaan AS kaya PayPal atau Visa kurang dilibatkan.
  2. Transaksi harus lewat switching lokal (baca: bukan milik mereka).
  3. “Ini nggak adil!”  kata AS sambil nunjuk-nunjuk laporan USTR.

Padahal, buat kita, QRIS itu game-changer! Bayar parkir, beli nasi goreng, bahkan nyogok preman (eh, nggak ding) bisa pake QRIS. Faktanya:

  • 90% UMKM udah pakai QRIS (sumber: detikFinance).
  • Transaksi QRIS tembus Rp 500 triliun di 2024 (sumber: Kompas).

“Jadi, AS cuma iri aja kali ya?”

Bab 2: Diplomasi ala “Tolong Dilarang Marah”

Pemerintah Indonesia, diwakili Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, cuma bisa geleng-geleng. “Kami cuma mau mandiri, kok dibilang proteksionis?”

Ekonom Yusuf Rendy bilang:

“QRIS itu bukti keberhasilan, bukan alasan dikritik. AS harus ngerti, kita nggak mau jadi koloni digital mereka.”

Tapi, AS tetap maksa: “Kalian harus buka pasar!” Kayak sales kartu kredit yang nggak terima ditolak.

Bab 3: Konspirasi atau Beneran Khawatir?

AS bilang QRIS “nggak transparan”. Padahal, mereka sendiri punya SWIFT yang dipake buat financial warfareIroni level 100.

Ada juga yang bilang:

  • Ini cuma alasan buat naikin tarif impor (Trump kan hobi banget tarif-tarifan).
  • AS pengen kontrol sistem pembayaran global, makanya gerah lihat QRIS sukses.

“Kalau QRIS dibuka, nanti kayak Netflix vs Bioskop, yang punya server di luar negeri yang untung.”

Epilog: Bertahan atau Menyerah?

Indonesia di persimpangan:

  1. Tegas kayak Jokowi pas larang ekspor nikel (“Sovereignty first!”).
  2. Kompromi ala ‘bujuk rayu’ (“Okay, PayPal boleh masuk… tapi syaratnya…”).

Yang jelas, jangan sampe kita kayak karakter di Squid Game—dibujuk manis, eh malah kalah.

Pertanyaan terakhir: AS beneran khawatir atau cuma cari alasan buat trade war?

P.S. Buat AS: Daripada marah-marah, mending cobain nasi goreng pakai QRIS. Siapa tau jadi soft power baru kalian. 😉

Artikel ini disponsori oleh para pedagang bakso yang tetap setia terima bayaran pakai QRIS, meski AS meradang. #HidupQRIS

Leave a Reply